BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar
Belakang
Dikalangan umat Islam ada pendapat bahwa Islam adalah agama
yang komprehensif dan universal. Didalamnya terdapat system politik dan
ketatanegaraan, system ekonomi, system social dan lain sebagainya. Misalnya
Rasyid Ridha, Hasan Al banna, dan Al maududi meyakini bahwa “ Islam adalah
agama yang serba lengkap” (Pulungan, 2002: 1). Diantara para orientalis pun
meyakini bahwa ajaran Islam bukan semata-mata agama belaka, tetapi juga
mengatur masalah-masalah Negara. (Djazuli, 2003: 123) Paradigma pendapat itu,
secara sepintas dibenarkan oleh Al-qur’an sendiri sebagai dinyatakan pada dua
ayat tersebut :
tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYÏ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYÏ 4 ÇÌÈ
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Kucukupkan kepadamu
nikmat- Ku dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu” (Q.S al-Maidah/
5:3)
4 $uZø9¨tRur øn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uô³ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ÇÑÒÈ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (
Al-qur’an ) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”(Q.S al-Nahl/ 16:89).
Menurut
J. Suyuthi Pulungan, dengan kelengkapan ajaran Islam ini, patut diakui oleh
seluruh umat Islam oleh karenanya dalam bernegara, umat Islam hendaknya kembali
kepada system ketatanegaraan Islam, dan tidak perlu bahkan jangan meniru system
ketatanegaraan Barat. Dalam ketatanegaraan atau politik Islami yang harus
diteladani adalah system yang dilaksanakan oleh nabi besar Muhammad SAW dan 4
Khulafaur Rasyidin.
Sejarah menunjukkan bahwa nabi Muhammad SAW dan
umat Islam selama kurang lebih 13 tahun di Mekkah terhitung sejak pengangkatan
nabi Muhammad SAW sebagai rasul, belum mempunyai kekuatan dan kesatuan politik
yang menguasai suatu wilayah. Umat Islam menjadi komunitas yang merdeka setelah
pada tahun 622 M, hijrah ke Madinah. (Nasution, 1985: 92). Tidak lama setelah
hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW membuat suatu piagam politik untuk mengatur
kehidupan bersama di Madinah yang dihuni oleh beberapa macam kelompok.
Ia memandang perlu meletakkan aturan pokok tata
kehidupan bersama di Madinah agar terbentuk kesatuan hidup diantara seluruh
penghuninya. kesatuan hidup yang baru dibentuk itu dipimpin oleh Muhammad SAW
sendiri, dan menjadi Negara yang berdaulat. Dengan demikian, di Madinah nabi
Muhammad bukan lagi hanya menjadi Rasul tetapi juga beliau sebagai kepala
Negara.
Keimanan kepada takdir adalah bagian dari rukun
yang enam,ia tidak dapat di pisahkan dari keimanan terhadap rukun iman yang
lainnya. Banyak orang yang meremehkannya, sehingga mereka akhirnya terjerumus
ke dalam banyak kesalahan dalam masalah takdir, akibat dari kebodohan dan ada
juga orang-orang yang menyimpang dan keluar dari jalur yang telah digariskan ,
karena mereka membahasnya hanya berdasarkan hawa nafsu dan logika semata,
akibatnya mereka tesesat dan menyesatkan.
Kita berharap bahwa umat Islam akan bangun dari
tidurnya memimpin umat manusia dan mengambil kedudukan mereka yang layak yaitu
dengan cara kembali kepada ‘aqidah mereka yang bersih lagi jernih yang
merupakan sumber kemulian dan kejayaan mereka.
Insyaallah kami akan membahas tiga dari enam
iman yang telah disebutkan di atas yaitu
iman kepada Rasul Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah dan Iman kepada Takdir.
I.II Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam masalah ini
adalah :
1.
Apakah yang
dimaksud dengan Beriman kepada Rasul Allah?
2.
Apakah yang di
maksud dengan Beriman kepada Kitab-kitab Allah?
3.
Apakah yang
dimaksud dengan Beriman Kepada Takdir?
I.III Tujuan dan
Manfaat
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan beriman kepada Rasul Allah, Kitab-kitab
Allah dan Takdir.
2.
Untuk
mengetahui lebih mendalam tentang beriman kepada Rasul Allah, Kitab-kitab Allah
dan Takdir.
3.
Untuk
mengetahui sampai sejauh mana kita beriman kepada Rasul Allah, Kitab-kitab
Allah dan Takdir.
Manfaat
1. Sebagai pemikiran pembaca dalam meingkatkan
pengetahuan dan wawasan penulis.
2. memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu agama Islam.
3. Supaya Iman yang kita miliki semakin bertambah. Amin
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Beriman Kepada Rasul Allah
1.
Pengertian
Iman
kepada Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul Islam, yaitu: “Iman
kepada Rasulullah SAW adalah membenarkan, menaatinya dan mengikuti syariatnya.”
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa iman kepada Rasulullah SAW memiliki dua rukun asasi, yaitu
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa iman kepada Rasulullah SAW memiliki dua rukun asasi, yaitu
Rukun
Pertama: perkataan (tashdiq) nabi SAW mencakup dua perkara agung, yaitu :
a.
Menetapkan kenabian dan kebenaran
Beliau dalam semua yang Beliau sampaikan dari ALLAH.
b. Ini khusus bagi Beliau. Termasuk di dalamnya beberapa hal, di
antaranya:
Ø Mengimani bahwa risalah Beliau ditujukan kepada seluruh manusia dan
jin.
Ø Mengimani bahwa Beliau adalah penutup para Nabi, begitupun risalahnya
adalah penutup seluruh risalah ilahi.
Ø Mengimani bahwa risalahnya menghapus syariat-syariat sebelumnya.
c. Membenarkan semua yang Beliau bawa dan membenarkan bahwa semua ajaran
Beliau adalah kebenaran dari ALLAH yang wajib diikuti. Hal ini wajib bagi
Beliau dan umatnya. Sehingga wajib membenarkan Nabi SAW dalam semua
beritanyadari ALLAH baik berkenaan dengan tentang kejadian yang telah lalu atau
yang akan datang, atau masalah halal dan haram dan menyakini bahwa semua itu
dari ALLAH, sebab beliau dikatakan ALLAH dalam firman-NYA:
$tBur ß,ÏÜZt Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd wÎ) ÖÓórur 4Óyrqã ÇÍÈ
“dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)
Rukun
Kedua: “Menaatinya dan mengikuti syariatnya” adalah rukun asasi kedua. Beriman
kepada Rasulullah SAW berarti harus bertekad untuk mengamalkan semua ajaran
Beliau.
Wajib bagi kita
semua mengikuti syariatnya dan komitmen dengan sunnahnya dengan penuh kerelaan
pada semua keputusannya dan berserah total padanya (taslim), Demikian juga wajib
meyakini dengan pasti bahwa ketaatan kepada Beliau adalah ketaatan kepada ALLAH
dan memaksiati Beliau adalah sama dengan memaksiati ALLAH, karena Beliau adalah
perantara antara ALLAH dengan manusia dan jin dalam menyampaikan risalah ilahi.
Dasar Kewajiban Beriman Kepada Nabi SAW:
Dasar Kewajiban Beriman Kepada Nabi SAW:
Ø
Kewajiban beriman kepada Nabi
Muhammad SAW merupakan perkara yang sangat jelas dan gamblang karena
ditunjukkan oleh ayat Al-Qur’an, Sunnah dan ijma’ kaum muslimin.
2.
Perbedaan Rasul dan Nabi
Nabi dalam bahasa arab berasal dari kata naba.Dinamakan Nabi karena
mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita lewat wahyu. Sedangkan Rasul
secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi
arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, Nabi adalah orang yang mendapatkan
wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang
yang mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya.
Jadi perbedaan antara
Nabi dan Rasul :
v Nabi adalah Orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu,
tetapi tidak wajib mengerjakan dan menyampaikan kepada umatnya.
v Rasul adalah Orang yang menyampaikan terpilih dan diangkat oleh Allah
SWT untuk menerima wahyu dan berkewajiban dan mengajarkan kepada umatnya. Dan
khusus Rasul Muhammad SAW diwajibkan menyampaikan kepada seluruh umat manusia
dan syari’atnya berlaku sepanjang masa sampai hari kiamat.
Dengan demikian iman kepada Rasul berarti menyakini bahwa Allah
telah memilih orang-orang terbaik-Nya untuk menjadi Nabi atau Rasul.
Termasuk didalamnya keyakinan bahwa para Nabi dan Rasul itu menyampaikan
petunjuk, perintah, larangan dan peringatan- peringatan Allah kepada umat
manusia, serta memberikan contoh perilaku terpuji seperti yang telah mereka
amalkan.
Oleh sebab itu kita sebagai umat muslim kita harus beriman kepada Rasul
karena Rasul itu adalah utusan Allah SWT. Sebagaimana kewajiban seorang mukmin
kepada Rasulullah SAW yaitu :
Mengimaninya Menghidupkan sunnahnya
Mencintainya Mencintai mereka yang mencintainya mengikuti manhajnya
Mengagungkanya ,Membelanya Memperbanyak Shalawat kepadanya
Adapun inti dari keimanan terhadap Rasul, bagi orang islam yaitu, menyakini bahwa Muhammad SAW adalah Nabi terakhir yang di utus Allah untuk memperbaiki akhlak manusia dengan ajaran Al-qur’an. Kemudian keimanan atas kerasulan Muhammad SAW adalah keyakinan bahwa beliau adalah Rasul terakhir dan Al-qur’an yang beliau bawakan adalah firman Allah.
Mencintainya Mencintai mereka yang mencintainya mengikuti manhajnya
Mengagungkanya ,Membelanya Memperbanyak Shalawat kepadanya
Adapun inti dari keimanan terhadap Rasul, bagi orang islam yaitu, menyakini bahwa Muhammad SAW adalah Nabi terakhir yang di utus Allah untuk memperbaiki akhlak manusia dengan ajaran Al-qur’an. Kemudian keimanan atas kerasulan Muhammad SAW adalah keyakinan bahwa beliau adalah Rasul terakhir dan Al-qur’an yang beliau bawakan adalah firman Allah.
3.
Manfaat Beriman Kepada
Rasul
Orang-orang yang melakukan ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan meraih
banyak nata-ij (manfaat dan buah positif), di antaranya: mahabbatullah (cinta
dari Allah), rahmatullah (kasih sayang-Nya), hidayatullah (petunjuk dari-Nya),
mushahabatul akhyar fil jannah (bersama orang-orang pilihan di surga),
asy-syafa’ah (mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw.), nadharatul wajhi (muka
yang bersinar dan berseri di surga), mujawaratu ar-rasul (menjadi tetangga
Rasulullah saw. di surga), ‘izzatun-nafsi (meperoleh kemuliaan jiwa di dunia
dan akhirat), al-falah (kemenangan dan keberuntungan). Semua itu jelas
merupakan as-sa’adah (kebahagiaan) hakiki di dunia maupun di akhirat.
4.
Hikmat Beriman Kepada Rasul
Beriman kepada Rasul-rasul Allah akan memberikan hikmah yang besar bagi
kita antara lain:
1.
Mengetahui betapa besarnya kasih
sayang Allah kepada hambanya sehingga diutus beberapa Nabi untuk membimbing dan
memberi petunjuk untuk kebahagian manusia baik didunia maupun diakhirat.
2.
Kita selalu bersyukur kepada Allah
SWT, karena mengutus Nabi sebagai pembimbing keselamatan kita, itu adalah
merupakan nikmat yang amat besar.
3.
Melahirkan rasa cinta dan ta’zhim
kepada Rasul, karena mereka berhasil mengemban amanah dari Allah SWT, walaupun
dihalau oleh beberapa tantangan dan rintangan, namun risalah tersebut tetap
tersebar sampai saat ini.
5.
Nama – Nama Rasul yang
Harus di ketahui
Para Nabi dan Rasul itu sangat banyak jumlahnya, tidak ada seseorangpun
yang mengetahui jumlahnya melainkan Allah SWT. Sebagian nama dan kisah mereka
di cantumkan di dalam Al-Qur’an tetapi sebagian yang lain tidak terterah
didalamnya. Allah SWT berfirman :
uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇÐÑÈ
Artinya
: “ Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu,
diantara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu diantara mereka ada pula yang
tidak kami ceritakan kepadamu”. ( Q.S Al-Mu’min : 78 ).
Dalam sebuah hadits yang di ceritakan, ketika sahabat Abu Dzar
Al-Ghiffari bertanya kepada Rasulullah SAW tentang jumlah para Nabi dan Rasul,
maka Rasulullah SAW menjawab :
Artinya
: “ ( Jumlah Nabi dan Rasul ) adalah 120.000 orang dan para Rasul sebagian dari
mereka berjumlah 313 orang”.( H.R. Al-Bukhari dan Muslim ).
Dari
jumlah Nabi dan Rasul itu, di dalam Al-Qur’an diterangkan nama-nama mereka
sebanyak 25 orang Rasul yang di ketahui oleh kaum muslimin, yaitu :
1. Adam
AS
11. Yusuf
AS
21. Yunus AS
2. Idris
AS
12. Ayyub
AS
22. Zakaria AS
3. Nuh
AS
13. Syu’aib
AS
23. Yahya AS
4. Hud
AS
14. Zulkifli
AS
24. Isa AS
5. Saleh
AS
15. Musa
AS
25. Muhammad SAW
6. Ibrahim
AS
16. Harun AS
7. Luth
AS
17. Daud AS
8. Ismail
AS
18. Sulaiman AS
9. Ishaq
AS
19. Ilyas AS
10. Yakub
AS
20. Ilyasa AS
6.
Dalil tentang Beriman
Kepada Rasul
Banyak sekali dalil-dalil yang berkenaan dengan iman kepada Rasul,
namun salah satuanya yaitu Dalam surah
Al-Ahzab : 45
$pkr'¯»t ÓÉ<¨Z9$# !$¯RÎ) y7»oYù=yör& #YÎg»x© #ZÅe³t6ãBur #\ÉtRur ÇÍÎÈ
Artinya: “ Wahai Nabi! Sesungguhnya kami
mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi pringatan.”
( QS. Al-Ahzab : 45)
7.
Rasul Ulul Azmi Beserta
Mu’jizat-Mu’jizat nya
Ulul azmi artinya orang yang memiliki keteguhan hati, tidak pernah
berputus asa dalam mencapai segala yang di cita-citakan, ia memiliki
kesungguhan dan keuletan dalam berusaha sehingga apa yang di cita-citakannya
dapat tercapai.
Adapun Rasul ulul azmi ada lima yaitu : Nabi Musa, Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW. Para Rasul ulul azmi ini di bekali Allah
dengan mu’jizat yaitu :
v Mu’jizat Nabi Musa AS antara lain membelah lautan dengan tongkat,
tongkat berubah menjadi ular besar yang melahap ular-ular kecil milik tukang
sihir suruhan fir’aun.
v Mu’jizat Nabi Nuh AS yaitu memancarnya air yang begitu deras dan dahsyat,
sehingga menyebabkan banjir besar yang merendam seluruh negeri serta merupakan
banjir terbesar di dunia.
v Mu’jizat Nabi Ibrahim AS yaitu tidak hangus terbakar dalam api yang
besar.
v Mu’jizat Nabi Isa AS yaitu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
berat
v Mu’jizat Nabi Muhammad SAW yaitu disamping mu’jizat yang hissiyyah
( indrawi ) seperti keluar air dari sela-sela jarinya,kitab suci Al-Qur’an.
8.
Tugas – Tugas Rasul
Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan
syariat dari setiap Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan
tugas yang sama. Beberapa diantara tugas tersebut yaitu :
1.
Menyampaikan risalah Allah Ta’ala
dan wahyu-Nya.
2.
Dakwah kepada Allah SWT.
3.
Memberikan kabar gembira dan
mempringatkan manusia dari segala kejelekan.
4.
Memperbaiki jiwa dan
mensucikannya.
5.
Meluruskan pemikiran dan aqidah
yang menyimpang.
6.
Menegakkan hujjah atas manusia.
7. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah
9.
Sifat – sifat Rasul
Para Rasul memiliki
beberapa sifats utama melebihi manusia umumnya yaitu :
1.
Benar ( shiddiq ) yaitu
para Rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan.
2.
Terpercaya ( amanah ) yaitu
Rasul tidak pernah menghianati amanah Tuhan yang dipikulnya.
3.
Menyampaikan ( tabliqh )
yaitu Rasul selalu menyampaikan segala pengajaran Allah kepada umatnya.
4.
Cerdik ( fathanah ) yaitu
para Rasul memiliki kemampuan berfikir yang tinggi.
B.
Iman Kepada Qadha
Dan Qadar
1. Pengertian
Pengertian
Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa
pengertian yaitu: hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan,
penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan
Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang
berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa
adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan
atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk
tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah
Artinya: yang kepunyaan-Nyalah
kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
2. Hubungan antara Qadha dan Qadar
Pada uraian tentang
pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu
berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar
adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha
qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu
sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman:
bÎ)ur `ÏiB >äóÓx« wÎ) $tRyYÏã ¼çmãYͬ!#tyz $tBur ÿ¼ã&è!Íit\çR wÎ) 9ys)Î/ 5Qqè=÷è¨B ÇËÊÈ
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah
khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang
tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar
dengan satu istilah, yaitu Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah,
lalu orang tersebut mengatakan, ”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar
3. Kewajiban beriman kepada dan qadar
Diriwayatkan bahwa
suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian
serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman
dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah
engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya,
kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada
qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan
benar”. (H.R. Muslim)
Lelaki
itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama
kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat
Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah
iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan
qadar itu merupakan hati kita.
Kita harus yakin dengan
sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Takdir
Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu
sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan
keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang
diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan
atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas.
Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita
belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.
4. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman
kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan
dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut
yang artinya ”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya
selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari
menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh
ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya,
amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari
dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari
hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah
sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya,
tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha
dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan
tidak datang dengan sendirinya.
Mengenai
adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi
Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi.
Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya
dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi
menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab
Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun
bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari
kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu,
namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui
apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar.
Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah
dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan
kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita
dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
5. Jenis-jenis takdir
1.
Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh
seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai
cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan
menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman.
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷yt ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ÌøBr& «!$# 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sÎ)ur y#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß xsù ¨ttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrß `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Artinya: Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)
2.
Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan
atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang
dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu
dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
6. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan
beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut antara lain:
1.
Melatih diri untuk banyak
bersyukur dan bersabar. Orang yang beriman kepada
qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena
keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya
apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
2.
Menjauhkan diri dari sifat
sombong dan putus asa. Orang yang tidak beriman kepada
qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan
itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya
hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa
, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak
akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat
kesombongan.”( HR. Muslim).
3.
Memupuk sifat optimis dan giat
bekerja. Manusia tidak mengetahui takdir apa yang
terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan
beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan.
Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis
dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
4.
Menenangkan jiwa. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami
ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang
ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika
terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
C.
Iman Kepada Hari Akhir
Dalil
Naqli tentang Hari Akhir . Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman
yang utama selain iman kepada Allah, dua rukun iman inilah yang paling banyak
disebutkan dalam Al-Quran. Terbukti Al-Qur’an selalu menyebutkan Iman kepada
Hari Akhir dan Iman kepada Allah selalu bersamaan dan berurutan. Diantaranya
adalah ayat-ayat berikut:
a.
Al-Quran surat al-Baqarah (2) ayat
8 :
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)t $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ÌÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan:
"Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Dengan
demikian terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan iman kepada
hari akhir. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di
akhirat nanti. Peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi oleh manusia pada saat
itu dengan tujuan agar manusia beriman kepada Allah dan hari akhirat, karena
manusia akan bertemu Allah, dan manusia
pasti akan mati, karenanya manusia jangan lengah, lupa diri, jangan terpesona
dengan kehidupan dunia yang temporal dan menipu, manusia jangan mempertuhankan
harta, karena harta tidak dapat menolong pemiliknya dari siksa Allah di hari
akhirat.
Disamping itu banyak
hadis-hadis rasulullah yg berkaitkan dengan iman kepada Allah dan hari akhir.
Diantaranya :
1)
Hadis tentang kemampuan seseorang
untuk selalu bertutur kata yang baik
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ
(رواه البحاريومسلم عن ابى هريرة)
Artinya : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia selalu bertutur kata yang baik atau lebih baik diam”.(H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Artinya : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia selalu bertutur kata yang baik atau lebih baik diam”.(H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
2)
Perilaku yang tercermin dari hadis
tersebut, tercapai apabila seseorang memiliki kemantapan iman kepada Allah dan
hari akhirat.
6.
Tanda-tanda Hari Akhir (kiamat)
Kapan hari kiamat akan tiba memang rahasia Allah, pengetahuan kita
hanya terbatas pada tanda-tanda akan kedatangannya. Sebagaimana firman Allah
berikut ini :Q.S. an-Nãzi’at (79) ayat : 42-44)
y7tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ïptã$¡¡9$# tb$r& $yg9yöãB ÇÍËÈ tLìÏù |MRr& `ÏB !$yg1tø.Ï ÇÍÌÈ 4n<Î) y7În/u !$yg9pktJYãB ÇÍÍÈ
Artinya : (Orang-orang kafir)
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?.
Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhan mulah
dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (Q.S. an Nãzi’at ayat 42-44)
1.
Munculnya Dajjal
Dajjal artinya
pembohong yang kerjanya cuma menyesatkan manusia. Dajjal ada 2 macam. Dajjal
kecil dan Dajjal besar. Dajjal-Dajjal menyebabkan kerusakan-kerusakan dalam
masyarakat. Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh Dajjal kecil itu
dinamakan Kiamat Kecil. Dan Dajjal-Dajjal kecil itu telah lahir dan mungkin
dapat kita temukan disekitar kita. Sedangkan Dajjal besar adalah pembohong
kaliber besar yang kerjanya membohongi dan menyesatkan umat manusia dan mereka
akan muncul menjelang Kiamat kubra (kiamat besar) tiba.
Dalam hadis Rasulullah bersabda : “Tidak terjadi Kiamat, sehingga
muncul hampir 30 orang Dajjal, masing-masing mengakui bahwa ia Rasul Allah. Dalam
sejarah Islam Dajjal-Dajjal yang mengaku nabi palsu itu telah muncul sejak
zaman rasulullah. Tercatat ada 3 nabi palsu pada masa rasulullah, yaitu
Al-‘Unsy dari Yaman, Musailamah Al-Kazzab dari Yamamah dan Ibnu Syayyad dari
Madinah.
2.
Turunnya Isa ibnu Maryam A.S.
Menurut A.Hasan dalam bukunya Verslag Debat Pembela Islam menerangkan bahwa ada lebih kurang 30 buah hadis yang menerangkan akan turunnya Isa ibnu Maryam AS. Kedatangannya adalah untuk membunuh semua babi dan menghancurkan semua salib. Ulama mentakwilkan sebagai kehancuran dan lenyapnya agama Kristen dan memperkuat agama Islam. Dan kedatangan Isa anak Maryam itu adalah sesudah munculnya Dajjal.
Menurut A.Hasan dalam bukunya Verslag Debat Pembela Islam menerangkan bahwa ada lebih kurang 30 buah hadis yang menerangkan akan turunnya Isa ibnu Maryam AS. Kedatangannya adalah untuk membunuh semua babi dan menghancurkan semua salib. Ulama mentakwilkan sebagai kehancuran dan lenyapnya agama Kristen dan memperkuat agama Islam. Dan kedatangan Isa anak Maryam itu adalah sesudah munculnya Dajjal.
7.
Turunnya Imam Mahdi
Kepercayaan akan kehadiran Imam Mahdi pada akhir zaman telah merata dikalangan kaum muslimin. Mahdi artinya yang mendapat petunjuk. Kata Mahdi tidaklah terdapat dalam Al-Quran.
Kepercayaan akan kehadiran Imam Mahdi pada akhir zaman telah merata dikalangan kaum muslimin. Mahdi artinya yang mendapat petunjuk. Kata Mahdi tidaklah terdapat dalam Al-Quran.
3. Macam-Macam Kiamat
a.
Kiamat Sughra atau Kiamat Kecil Yaitu
berupa kejadian atau musibah yang terjadi di alam ini, seperti kematian setiap
saat, banjir bandang, angin beliung, gunung meletus, gempa bumi, peperangan,
kecelakaan kendaraan, kekeringan yang kepanjangan, hama tanaman yang
merajalela. Firmannya Allah surat ali-Imran ayat 137:
ôs% ôMn=yz `ÏB öNä3Î=ö6s% ×ûsöß (#rçÅ¡sù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. tb%x. èpt6É)»tã tûüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÊÌÐÈ
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah;
karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(Q.S. ali Imran ayat 137)
b.
Kiamat Kubra atau Kiamat Besar Yaitu masa
kehancuran seluruh alam semesta secara masal dan berakhirnya kehidupan alam
dunia serta hari mulai dibangkitkannya semua manusia yang sudah mati sejak
zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir, untuk menjalankan proses kehidupan berikutnya,
firman Allah dalam al-Quran surat al-Zalzalah ayat 1-5.
#sÎ) ÏMs9Ìø9ã ÞÚöF{$# $olm;#tø9Î ÇÊÈ ÏMy_t÷zr&ur ÞÚöF{$# $ygs9$s)øOr& ÇËÈ tA$s%ur ß`»|¡RM}$# $tB $olm; ÇÌÈ 7Í´tBöqt ß^ÏdptéB $ydu$t7÷zr& ÇÍÈ ¨br'Î/ /u 4Óyr÷rr& $ygs9 ÇÎÈ
Artinya
: Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa
bumi (jadi begini)?",
pada
hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.(Q.S.al Zalzalah:1-5)
8.
Proses Menuju Fase-fase Kehidupan
Akhirat
Pada
hari kiamat nanti manusia mengalami beberapa proses tahapan yang antara lain
sebagai berikut :
1.
Yaumul Barzakh ( يَوْمُ الْبَرْزَخ ) yaitu masa penantian sebelum terjadinya hari kiamat besar
(kiamat kubra)
2.
Yaumul Ba’ats (Hari kebangitan
dari Alam Kubur) يَوْمُ الْبَعْثِ
3.
Yaumul Hasyr (Hari Berkumpul di
padang Mahsyar). يَوْمُ الْحَشْرِ
4.
Yaumul Hisãb (Hari
Perhitungan/Pemeriksaan) يَوْمُ الْحِسَابِ
5.
Yaumul Mîzan (Hari Pertimbangan
Amal) يَوْمُ الْمِيْزَانِ
6.
Yaumul Jaza (Hari Pembalasan) يَوْمُ الْجَزَاءِ
5.
Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
1.
Menambah keyakinan bahwa perbuatan
di dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.
2.
Meyakini bahwa Allah swt akan
memberikan balasan kepada hambanya sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
3.
Dengan meyakini adanya hari akhir, maka
seseorang akan memiliki sifat optimis dalam menjalani sskehidupan di dunia ini
untuk menyongsong kehidupan yang hakiki dan abadi kelak di akhirat.
4.
Menumbuhkan sifat ikhlas dalam
beramal, istiqomah dalam pendirian dan khusuk dalam beribadah.
5.
Senantiasa melaksanakan amar
ma’ruf dan nahi munkar untuk mencapai ridha Allah swt.
6.
Meyakini bahwa segala perbuatan
selama hidup di dunia ini yang baik maupun yang buruk harus dipertanggung
jawabkan dihadapan Allah swt kelak di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iman kepada
Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul Islam, yaitu: “Iman kepada
Rasulullah SAW adalah membenarkan, menaatinya dan mengikuti syariatnya.”
Nabi dalam bahasa arab berasal dari kata naba.Dinamakan Nabi karena
mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita lewat wahyu. Sedangkan Rasul
secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi
arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, Nabi adalah orang yang
mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul
adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk
menyampaikannya.
Pengertian
Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa
pengertian yaitu: hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan,
penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan
Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang
berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa
adalah: kepastian, peraturan, ukuran.
Iman kepada qadha dan
qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah
menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya.
Dalil Naqli tentang
Hari Akhir . Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman yang utama
selain iman kepada Allah, dua rukun iman inilah yang paling banyak disebutkan
dalam Al-Quran. Terbukti Al-Qur’an selalu menyebutkan Iman kepada Hari Akhir
dan Iman kepada Allah selalu bersamaan dan berurutan.
Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
1.
Melatih diri untuk banyak
bersyukur dan bersabar.
2.
Menjauhkan diri dari sifat sombong
dan putus asa.
3.
Memupuk sifat optimis dan giat bekerja.
4.
Menenangkan jiwa.
B.
Saran
Alquran
merupakan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupan. Sehingga banyak
menyangkut segala aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah ilmu
pengetahuan. Dengan demikian diharapkan agar penelitian-penelitian tentang
keterkaitan alquran dengan berbagai
aspek –aspek yang lain sangat penting untuk dilakukan.
Maupun
tentang rukun iman yang enam itu semoga kita semua bisa meyakini bukan sekedar
tau akan rukun iman tersebut. Oleh karena itu teruslah menuntut ilmu biar kita
sudah tua ataupun masih muda. Sesungguhnya Allah sangat suka kepada orang yang
muda apabila ia menuntut ilmu, karena semakin banyak ilmu yang kita tau maka
semakin bodohlah kita. Kenapa semakin bodoh karna banyak tau ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamd,
Muhammad bin Ibrahim.2005. Kupas Tuntas Masalah Takdir. Bogor. PT Pustaka Ibnu
Katsir.
Fitrah.2008. Al Qur’an Hadits SMA/MA. Jawa Tengah; Putra Nugraha.
Ali, Zainuddin.2007. Pendidikan Agama Islam.Jakarta; PT Bumi Aksana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar