Kamis, 04 Juni 2015

AQIDAH BERIMAN KEPADA RASUL, KITAB DAN TAKDIR



BAB I
PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang
                 Dikalangan umat Islam ada pendapat bahwa Islam adalah agama yang komprehensif dan universal. Didalamnya terdapat system politik dan ketatanegaraan, system ekonomi, system social dan lain sebagainya. Misalnya Rasyid Ridha, Hasan Al banna, dan Al maududi meyakini bahwa “ Islam adalah agama yang serba lengkap” (Pulungan, 2002: 1). Diantara para orientalis pun meyakini bahwa ajaran Islam bukan semata-mata agama belaka, tetapi juga mengatur masalah-masalah Negara. (Djazuli, 2003: 123) Paradigma pendapat itu, secara sepintas dibenarkan oleh Al-qur’an sendiri sebagai dinyatakan pada dua ayat tersebut :
tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ 4 ÇÌÈ
 “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Kucukupkan kepadamu nikmat- Ku dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu” (Q.S al-Maidah/ 5:3)
4 $uZø9¨tRur šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uŽô³ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ÇÑÒÈ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab ( Al-qur’an ) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”(Q.S al-Nahl/ 16:89).
                   Menurut J. Suyuthi Pulungan, dengan kelengkapan ajaran Islam ini, patut diakui oleh seluruh umat Islam oleh karenanya dalam bernegara, umat Islam hendaknya kembali kepada system ketatanegaraan Islam, dan tidak perlu bahkan jangan meniru system ketatanegaraan Barat. Dalam ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah system yang dilaksanakan oleh nabi besar Muhammad SAW dan 4 Khulafaur Rasyidin.
Sejarah menunjukkan bahwa nabi Muhammad SAW dan umat Islam selama kurang lebih 13 tahun di Mekkah terhitung sejak pengangkatan nabi Muhammad SAW sebagai rasul, belum mempunyai kekuatan dan kesatuan politik yang menguasai suatu wilayah. Umat Islam menjadi komunitas yang merdeka setelah pada tahun 622 M, hijrah ke Madinah. (Nasution, 1985: 92). Tidak lama setelah hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW membuat suatu piagam politik untuk mengatur kehidupan bersama di Madinah yang dihuni oleh beberapa macam kelompok.
Ia memandang perlu meletakkan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah agar terbentuk kesatuan hidup diantara seluruh penghuninya. kesatuan hidup yang baru dibentuk itu dipimpin oleh Muhammad SAW sendiri, dan menjadi Negara yang berdaulat. Dengan demikian, di Madinah nabi Muhammad bukan lagi hanya menjadi Rasul tetapi juga beliau sebagai kepala Negara.
Keimanan kepada takdir adalah bagian dari rukun yang enam,ia tidak dapat di pisahkan dari keimanan terhadap rukun iman yang lainnya. Banyak orang yang meremehkannya, sehingga mereka akhirnya terjerumus ke dalam banyak kesalahan dalam masalah takdir, akibat dari kebodohan dan ada juga orang-orang yang menyimpang dan keluar dari jalur yang telah digariskan , karena mereka membahasnya hanya berdasarkan hawa nafsu dan logika semata, akibatnya mereka tesesat dan menyesatkan.
Kita berharap bahwa umat Islam akan bangun dari tidurnya memimpin umat manusia dan mengambil kedudukan mereka yang layak yaitu dengan cara kembali kepada ‘aqidah mereka yang bersih lagi jernih yang merupakan sumber kemulian dan kejayaan mereka.
Insyaallah kami akan membahas tiga dari enam iman  yang telah disebutkan di atas yaitu iman kepada Rasul Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah dan Iman kepada Takdir.






I.II    Rumusan Masalah
                                    Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam masalah ini adalah :
1.      Apakah yang dimaksud dengan Beriman kepada Rasul Allah?
2.      Apakah yang di maksud dengan Beriman kepada Kitab-kitab Allah?
3.      Apakah yang dimaksud dengan Beriman Kepada Takdir?

I.III   Tujuan dan Manfaat
                                  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan beriman kepada Rasul Allah, Kitab-kitab Allah dan Takdir.
2.      Untuk mengetahui lebih mendalam tentang beriman kepada Rasul Allah, Kitab-kitab Allah dan Takdir.
3.      Untuk mengetahui sampai sejauh mana kita beriman kepada Rasul Allah, Kitab-kitab Allah dan Takdir.
      Manfaat        
1.      Sebagai pemikiran pembaca dalam meingkatkan pengetahuan dan wawasan penulis.
2.      memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama Islam.
3.      Supaya Iman yang kita miliki semakin bertambah. Amin













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Beriman Kepada Rasul Allah
1.      Pengertian
Iman kepada Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul Islam, yaitu: “Iman kepada Rasulullah SAW adalah membenarkan, menaatinya dan mengikuti syariatnya.”
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa iman kepada Rasulullah SAW memiliki dua rukun asasi, yaitu
Rukun Pertama: perkataan (tashdiq) nabi SAW mencakup dua perkara agung, yaitu :
a.       Menetapkan kenabian dan kebenaran Beliau dalam semua yang Beliau sampaikan dari ALLAH.
b.      Ini khusus bagi Beliau. Termasuk di dalamnya beberapa hal, di antaranya:
Ø  Mengimani bahwa risalah Beliau ditujukan kepada seluruh manusia dan jin.
Ø  Mengimani bahwa Beliau adalah penutup para Nabi, begitupun risalahnya adalah penutup seluruh risalah ilahi.
Ø Mengimani bahwa risalahnya menghapus syariat-syariat sebelumnya.
c.       Membenarkan semua yang Beliau bawa dan membenarkan bahwa semua ajaran Beliau adalah kebenaran dari ALLAH yang wajib diikuti. Hal ini wajib bagi Beliau dan umatnya. Sehingga wajib membenarkan Nabi SAW dalam semua beritanyadari ALLAH baik berkenaan dengan tentang kejadian yang telah lalu atau yang akan datang, atau masalah halal dan haram dan menyakini bahwa semua itu dari ALLAH, sebab beliau dikatakan ALLAH dalam firman-NYA:
$tBur ß,ÏÜZtƒ Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd žwÎ) ÖÓórur 4ÓyrqムÇÍÈ
 “dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)
Rukun Kedua: “Menaatinya dan mengikuti syariatnya” adalah rukun asasi kedua. Beriman kepada Rasulullah SAW berarti harus bertekad untuk mengamalkan semua ajaran Beliau.
Wajib bagi kita semua mengikuti syariatnya dan komitmen dengan sunnahnya dengan penuh kerelaan pada semua keputusannya dan berserah total padanya (taslim), Demikian juga wajib meyakini dengan pasti bahwa ketaatan kepada Beliau adalah ketaatan kepada ALLAH dan memaksiati Beliau adalah sama dengan memaksiati ALLAH, karena Beliau adalah perantara antara ALLAH dengan manusia dan jin dalam menyampaikan risalah ilahi.
Dasar Kewajiban Beriman Kepada Nabi SAW:
Ø  Kewajiban beriman kepada Nabi Muhammad SAW merupakan perkara yang sangat jelas dan gamblang karena ditunjukkan oleh ayat Al-Qur’an, Sunnah dan ijma’ kaum muslimin.
2.      Perbedaan Rasul dan Nabi
Nabi dalam bahasa arab berasal dari kata naba.Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita lewat wahyu. Sedangkan Rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i  yang masyhur, Nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya.
Jadi perbedaan antara Nabi dan Rasul :
v  Nabi adalah Orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu, tetapi tidak wajib mengerjakan dan menyampaikan kepada umatnya.
v  Rasul adalah Orang yang menyampaikan terpilih dan diangkat oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dan berkewajiban dan mengajarkan kepada umatnya. Dan khusus Rasul Muhammad SAW diwajibkan menyampaikan kepada seluruh umat manusia dan syari’atnya berlaku sepanjang masa sampai hari kiamat.
Dengan demikian iman kepada Rasul berarti menyakini bahwa Allah telah  memilih orang-orang terbaik-Nya untuk menjadi Nabi atau Rasul. Termasuk didalamnya keyakinan bahwa para Nabi dan Rasul itu menyampaikan petunjuk, perintah, larangan dan peringatan- peringatan Allah kepada umat manusia, serta memberikan contoh perilaku terpuji seperti yang telah mereka amalkan.
Oleh sebab itu kita sebagai umat muslim kita harus beriman kepada Rasul karena Rasul itu adalah utusan Allah SWT. Sebagaimana kewajiban seorang mukmin kepada Rasulullah SAW yaitu :
Mengimaninya                                              Menghidupkan sunnahnya
Mencintainya                                                Mencintai mereka yang mencintainya                                               mengikuti manhajnya
Mengagungkanya ,Membelanya             Memperbanyak Shalawat kepadanya

Adapun inti dari keimanan terhadap Rasul, bagi orang islam yaitu, menyakini bahwa Muhammad SAW adalah Nabi terakhir yang di utus Allah untuk memperbaiki akhlak manusia dengan ajaran  Al-qur’an. Kemudian keimanan atas kerasulan Muhammad SAW adalah keyakinan bahwa beliau adalah Rasul terakhir dan Al-qur’an yang beliau bawakan adalah firman Allah.
3.      Manfaat Beriman Kepada Rasul
Orang-orang yang melakukan ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan meraih banyak nata-ij (manfaat dan buah positif), di antaranya: mahabbatullah (cinta dari Allah), rahmatullah (kasih sayang-Nya), hidayatullah (petunjuk dari-Nya), mushahabatul akhyar fil jannah (bersama orang-orang pilihan di surga), asy-syafa’ah (mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw.), nadharatul wajhi (muka yang bersinar dan berseri di surga), mujawaratu ar-rasul (menjadi tetangga Rasulullah saw. di surga), ‘izzatun-nafsi (meperoleh kemuliaan jiwa di dunia dan akhirat), al-falah (kemenangan dan keberuntungan). Semua itu jelas merupakan as-sa’adah (kebahagiaan) hakiki di dunia maupun di akhirat.
4.      Hikmat Beriman Kepada Rasul
Beriman kepada Rasul-rasul Allah akan memberikan hikmah yang besar bagi kita antara lain:
1.    Mengetahui betapa besarnya kasih sayang Allah kepada hambanya sehingga diutus beberapa Nabi untuk membimbing dan memberi petunjuk untuk kebahagian manusia baik didunia maupun diakhirat.
2.    Kita selalu bersyukur kepada Allah SWT, karena mengutus Nabi sebagai pembimbing keselamatan kita, itu adalah merupakan nikmat yang amat besar.
3.    Melahirkan rasa cinta dan ta’zhim kepada Rasul, karena mereka berhasil mengemban amanah dari Allah SWT, walaupun dihalau oleh beberapa tantangan dan rintangan, namun risalah tersebut tetap tersebar sampai saat ini.
5.      Nama – Nama Rasul yang Harus di ketahui
Para Nabi dan Rasul itu sangat banyak jumlahnya, tidak ada seseorangpun yang mengetahui jumlahnya melainkan Allah SWT. Sebagian nama dan kisah mereka di cantumkan di dalam Al-Qur’an tetapi sebagian yang lain tidak terterah didalamnya. Allah SWT berfirman :
uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇÐÑÈ
Artinya : “ Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu diantara mereka ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu”. ( Q.S Al-Mu’min : 78 ).
Dalam sebuah hadits yang di ceritakan, ketika sahabat Abu Dzar Al-Ghiffari bertanya kepada Rasulullah SAW tentang jumlah para Nabi dan Rasul, maka Rasulullah SAW menjawab :
Artinya : “ ( Jumlah Nabi dan Rasul ) adalah 120.000 orang dan para Rasul sebagian dari mereka berjumlah 313 orang”.( H.R. Al-Bukhari dan Muslim ).
Dari jumlah Nabi dan Rasul itu, di dalam Al-Qur’an diterangkan nama-nama mereka sebanyak 25 orang Rasul yang di ketahui oleh kaum muslimin, yaitu :
1.      Adam AS                    11.  Yusuf AS                         21.  Yunus AS
2.      Idris AS                      12.  Ayyub AS                        22.  Zakaria AS
3.      Nuh AS                       13.  Syu’aib AS                       23.  Yahya AS
4.      Hud AS                       14.  Zulkifli AS                       24.  Isa AS
5.      Saleh AS                     15.  Musa AS                          25.  Muhammad SAW
6.      Ibrahim AS                 16.  Harun AS
7.      Luth AS                      17.  Daud AS
8.      Ismail AS                    18.  Sulaiman AS
9.      Ishaq AS                     19.  Ilyas AS
10.  Yakub AS                   20.  Ilyasa AS
6.      Dalil tentang Beriman Kepada Rasul
Banyak sekali dalil-dalil yang berkenaan dengan iman kepada Rasul, namun salah satuanya yaitu  Dalam surah Al-Ahzab : 45
$pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# !$¯RÎ) y7»oYù=yör& #YÎg»x© #ZŽÅe³t6ãBur #\ƒÉtRur ÇÍÎÈ
Artinya: “ Wahai Nabi! Sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi pringatan.” ( QS. Al-Ahzab : 45)
7.      Rasul Ulul Azmi Beserta Mu’jizat-Mu’jizat nya
Ulul azmi artinya orang yang memiliki keteguhan hati, tidak pernah berputus asa dalam mencapai segala yang di cita-citakan, ia memiliki kesungguhan dan keuletan dalam berusaha sehingga apa yang di cita-citakannya dapat tercapai.
Adapun Rasul ulul azmi ada lima yaitu : Nabi Musa,  Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW. Para Rasul ulul azmi ini di bekali Allah dengan mu’jizat yaitu :
v  Mu’jizat Nabi Musa AS antara lain membelah lautan dengan tongkat, tongkat berubah menjadi ular besar yang melahap ular-ular kecil milik tukang sihir suruhan fir’aun.
v  Mu’jizat Nabi Nuh AS yaitu memancarnya air yang begitu deras dan dahsyat, sehingga menyebabkan banjir besar yang merendam seluruh negeri serta merupakan banjir terbesar di dunia.
v  Mu’jizat Nabi Ibrahim AS yaitu tidak hangus terbakar dalam api yang besar.
v  Mu’jizat Nabi Isa AS yaitu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit berat
v  Mu’jizat Nabi Muhammad SAW yaitu disamping mu’jizat yang hissiyyah ( indrawi ) seperti keluar air dari sela-sela jarinya,kitab suci Al-Qur’an.
8.      Tugas – Tugas Rasul
Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syariat dari setiap Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa diantara tugas tersebut yaitu :
1.      Menyampaikan risalah Allah Ta’ala dan wahyu-Nya.
2.      Dakwah kepada Allah SWT.
3.      Memberikan kabar gembira dan mempringatkan manusia dari segala kejelekan.
4.      Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
5.      Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
6.      Menegakkan hujjah atas manusia.
7.      Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah
9.       Sifat – sifat Rasul
Para Rasul memiliki beberapa sifats utama melebihi manusia umumnya yaitu :
1.      Benar ( shiddiq ) yaitu para Rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan.
2.      Terpercaya ( amanah ) yaitu Rasul tidak pernah menghianati amanah Tuhan yang dipikulnya.
3.      Menyampaikan ( tabliqh ) yaitu Rasul selalu menyampaikan segala pengajaran Allah kepada umatnya.
4.      Cerdik ( fathanah ) yaitu para Rasul memiliki kemampuan berfikir yang tinggi.
B.     Iman Kepada Qadha Dan Qadar
1.      Pengertian
 Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa  Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah
Artinya: yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
2.      Hubungan antara Qadha dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum  atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman:
bÎ)ur `ÏiB >äóÓx« žwÎ) $tRyYÏã ¼çmãYͬ!#tyz $tBur ÿ¼ã&è!Íit\çR žwÎ) 9ys)Î/ 5Qqè=÷è¨B ÇËÊÈ
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan, ”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar
3.      Kewajiban beriman kepada dan qadar
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)
Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita.
Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.
4.      Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya ”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
5.      Jenis-jenis takdir
1.      Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman.
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)
2.      Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
6.      Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
1.      Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
2.      Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa. Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim).
3.      Memupuk sifat optimis dan giat bekerja. Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
4.      Menenangkan jiwa. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
C.    Iman Kepada Hari Akhir
5.      Pengertian
Dalil Naqli tentang Hari Akhir . Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman yang utama selain iman kepada Allah, dua rukun iman inilah yang paling banyak disebutkan dalam Al-Quran. Terbukti Al-Qur’an selalu menyebutkan Iman kepada Hari Akhir dan Iman kepada Allah selalu bersamaan dan berurutan. Diantaranya adalah ayat-ayat berikut:
a.       Al-Quran surat al-Baqarah (2) ayat 8 :
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)tƒ $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ̍ÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Dengan demikian terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan iman kepada hari akhir. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di akhirat nanti. Peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi oleh manusia pada saat itu dengan tujuan agar manusia beriman kepada Allah dan hari akhirat, karena manusia akan bertemu  Allah, dan manusia pasti akan mati, karenanya manusia jangan lengah, lupa diri, jangan terpesona dengan kehidupan dunia yang temporal dan menipu, manusia jangan mempertuhankan harta, karena harta tidak dapat menolong pemiliknya dari siksa Allah di hari akhirat.
Disamping itu banyak hadis-hadis rasulullah yg berkaitkan dengan iman kepada Allah dan hari akhir. Diantaranya :
1)      Hadis tentang kemampuan seseorang untuk selalu bertutur kata yang baik
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ (رواه البحاريومسلم عن ابى هريرة)    
Artinya : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia selalu bertutur kata yang baik atau lebih baik diam”.(H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
2)      Perilaku yang tercermin dari hadis tersebut, tercapai apabila seseorang memiliki kemantapan iman kepada Allah dan hari akhirat.
6.      Tanda-tanda Hari Akhir (kiamat)
            Kapan hari kiamat akan tiba memang rahasia Allah, pengetahuan kita hanya terbatas pada tanda-tanda akan kedatangannya. Sebagaimana firman Allah berikut ini :Q.S. an-Nãzi’at (79) ayat : 42-44)
y7tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ïptã$¡¡9$# tb$­ƒr& $yg9yöãB ÇÍËÈ tLìÏù |MRr& `ÏB !$yg1tø.ÏŒ ÇÍÌÈ 4n<Î) y7În/u !$yg9pktJYãB ÇÍÍÈ
Artinya : (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhan mulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (Q.S. an Nãzi’at ayat 42-44)
1.      Munculnya Dajjal
               Dajjal artinya pembohong yang kerjanya cuma menyesatkan manusia. Dajjal ada 2 macam. Dajjal kecil dan Dajjal besar. Dajjal-Dajjal menyebabkan kerusakan-kerusakan dalam masyarakat. Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh Dajjal kecil itu dinamakan Kiamat Kecil. Dan Dajjal-Dajjal kecil itu telah lahir dan mungkin dapat kita temukan disekitar kita. Sedangkan Dajjal besar adalah pembohong kaliber besar yang kerjanya membohongi dan menyesatkan umat manusia dan mereka akan muncul menjelang Kiamat kubra (kiamat besar) tiba.
Dalam hadis Rasulullah bersabda : “Tidak terjadi Kiamat, sehingga muncul hampir 30 orang Dajjal, masing-masing mengakui bahwa ia Rasul Allah. Dalam sejarah Islam Dajjal-Dajjal yang mengaku nabi palsu itu telah muncul sejak zaman rasulullah. Tercatat ada 3 nabi palsu pada masa rasulullah, yaitu Al-‘Unsy dari Yaman, Musailamah Al-Kazzab dari Yamamah dan Ibnu Syayyad dari Madinah.

2.      Turunnya Isa ibnu Maryam A.S.
Menurut A.Hasan dalam bukunya Verslag Debat Pembela Islam menerangkan bahwa ada lebih kurang 30 buah hadis yang menerangkan akan turunnya Isa ibnu Maryam AS. Kedatangannya adalah untuk membunuh semua babi dan menghancurkan semua salib. Ulama mentakwilkan sebagai kehancuran dan lenyapnya agama Kristen dan memperkuat agama Islam. Dan kedatangan Isa anak Maryam itu adalah sesudah munculnya Dajjal.
7.      Turunnya Imam Mahdi
Kepercayaan akan kehadiran Imam Mahdi pada akhir zaman telah merata dikalangan kaum muslimin. Mahdi artinya yang mendapat petunjuk. Kata Mahdi tidaklah terdapat dalam Al-Quran.
3.      Macam-Macam Kiamat
a.       Kiamat Sughra atau Kiamat Kecil Yaitu berupa kejadian atau musibah yang terjadi di alam ini, seperti kematian setiap saat, banjir bandang, angin beliung, gunung meletus, gempa bumi, peperangan, kecelakaan kendaraan, kekeringan yang kepanjangan, hama tanaman yang merajalela. Firmannya Allah surat ali-Imran ayat 137:
ôs% ôMn=yz `ÏB öNä3Î=ö6s% ×ûsöß (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. tb%x. èpt6É)»tã tûüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÊÌÐÈ
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(Q.S. ali Imran ayat 137)
b.       Kiamat Kubra atau Kiamat Besar Yaitu masa kehancuran seluruh alam semesta secara masal dan berakhirnya kehidupan alam dunia serta hari mulai dibangkitkannya semua manusia yang sudah mati sejak zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir, untuk menjalankan proses kehidupan berikutnya, firman Allah dalam al-Quran surat al-Zalzalah ayat 1-5.
#sŒÎ) ÏMs9Ìø9ã ÞÚöF{$# $olm;#tø9Î ÇÊÈ ÏMy_t÷zr&ur ÞÚöF{$# $ygs9$s)øOr& ÇËÈ tA$s%ur ß`»|¡RM}$# $tB $olm; ÇÌÈ 7Í´tBöqtƒ ß^ÏdptéB $ydu$t7÷zr& ÇÍÈ ¨br'Î/ š­/u 4Óyr÷rr& $ygs9 ÇÎÈ  
Artinya : Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?",
pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.(Q.S.al Zalzalah:1-5)
8.      Proses Menuju Fase-fase Kehidupan Akhirat
Pada hari kiamat nanti manusia mengalami beberapa proses tahapan yang antara lain sebagai berikut :
1.      Yaumul Barzakh ( يَوْمُ الْبَرْزَخ ) yaitu masa penantian sebelum terjadinya hari kiamat besar (kiamat kubra)
2.      Yaumul Ba’ats (Hari kebangitan dari Alam Kubur) يَوْمُ الْبَعْثِ
3.      Yaumul Hasyr (Hari Berkumpul di padang Mahsyar). يَوْمُ الْحَشْرِ
4.      Yaumul Hisãb (Hari Perhitungan/Pemeriksaan) يَوْمُ الْحِسَابِ
5.      Yaumul Mîzan (Hari Pertimbangan Amal) يَوْمُ الْمِيْزَانِ
6.      Yaumul Jaza (Hari Pembalasan) يَوْمُ الْجَزَاءِ
5.      Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
1.      Menambah keyakinan bahwa perbuatan di dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.
2.      Meyakini bahwa Allah swt akan memberikan balasan kepada hambanya sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
3.       Dengan meyakini adanya hari akhir, maka seseorang akan memiliki sifat optimis dalam menjalani sskehidupan di dunia ini untuk menyongsong kehidupan yang hakiki dan abadi kelak di akhirat.
4.      Menumbuhkan sifat ikhlas dalam beramal, istiqomah dalam pendirian dan khusuk dalam beribadah.
5.      Senantiasa melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar untuk mencapai ridha Allah swt.
6.      Meyakini bahwa segala perbuatan selama hidup di dunia ini yang baik maupun yang buruk harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt kelak di akhirat.











BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Iman kepada Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul Islam, yaitu: “Iman kepada Rasulullah SAW adalah membenarkan, menaatinya dan mengikuti syariatnya.”
Nabi dalam bahasa arab berasal dari kata naba.Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita lewat wahyu. Sedangkan Rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i  yang masyhur, Nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya.
 Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa  Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran.
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya.
Dalil Naqli tentang Hari Akhir . Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman yang utama selain iman kepada Allah, dua rukun iman inilah yang paling banyak disebutkan dalam Al-Quran. Terbukti Al-Qur’an selalu menyebutkan Iman kepada Hari Akhir dan Iman kepada Allah selalu bersamaan dan berurutan.
Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
1.      Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar.
2.      Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.
3.      Memupuk sifat optimis dan giat bekerja.
4.      Menenangkan jiwa.

B.     Saran

Alquran merupakan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupan. Sehingga banyak menyangkut segala aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah ilmu pengetahuan. Dengan demikian diharapkan agar penelitian-penelitian tentang keterkaitan alquran  dengan berbagai aspek –aspek yang lain sangat penting untuk dilakukan. 
Maupun tentang rukun iman yang enam itu semoga kita semua bisa meyakini bukan sekedar tau akan rukun iman tersebut. Oleh karena itu teruslah menuntut ilmu biar kita sudah tua ataupun masih muda. Sesungguhnya Allah sangat suka kepada orang yang muda apabila ia menuntut ilmu, karena semakin banyak ilmu yang kita tau maka semakin bodohlah kita. Kenapa semakin bodoh karna banyak tau ilmu.




















DAFTAR PUSTAKA

Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim.2005. Kupas Tuntas Masalah Takdir. Bogor. PT Pustaka Ibnu Katsir.
Fitrah.2008. Al Qur’an Hadits SMA/MA. Jawa Tengah; Putra Nugraha.
Ali, Zainuddin.2007. Pendidikan Agama Islam.Jakarta; PT Bumi Aksana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar