TUGAS KERTASEN
OBSERVASI DAN SURVEI DI DUSUN LENDANG BAJUR
Oleh
Muhammad
Deni
151
129 158
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
Kata Pengantar
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dan shalawat dan senantiasa terlimpahkan kepada hamba dan
utusan Allah SWT, Nabi Muhammad bin ‘Abdillah SAW beserta seluruh keluarga dan
para sahabatnya.
Dalam proses penulisan makalah ini,
kelompok kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyusunan sehingga penyelesaian makalah ini. Keterbatasan
akan pengetahuan dan kemampuan kelompok kami menjadi kendala dalam kesempurnaan
penyusunan makalah ini. Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna maka dari
itu kami sangat membutuhkan partisipasi anda untuk sekiranya dapat memberikan
kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna memperbaiki
kesalahan dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan
kontribusi bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khusus bagi pendidikan Islam
di kalangan Remaja dan Mahasiswa.
Mataram, 18 November 2013
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Judul
Kata
Pengantar....................................................................................................................
i
Daftar
Isi.............................................................................................................................
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang.........................................................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah....................................................................................................
2
C.
Tujuan......................................................................................................................
2
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Budaya..................................................................................................
3
B.
Budaya
atau Adat Istiadat Dusun Lendang Bajur..................................................
4
C.
Aspek
Ekonomi.......................................................................................................
8
D.
Aspek
Sosial............................................................................................................
8
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan..................................................................................................................
10
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Manusia dalam
kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta
dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan,
sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau
melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya
tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari
manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau
tidak manusia merusak kebudayaan.
Hubungan yang erat
antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan telah lebih jauh
diungkapkan oleh Melville J. Herkovits dan bronislaw Malinowski, yang
mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat
didalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu. (Soemardjan, Selo: 1964: 115). Kemudian Herkovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic. Karena kebudayaan berturun
temurun dari generasi ke generasi tetap hidup. Walaupun manusia yang menjadi
anggota masyarakat sudah berganti karena kelahiran dan kematian.
Lebih jauh dapat
dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh E. B. Tylor (1871) dalam bukunya
Primitive Culture: kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup
kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perilaku normative. Oleh karena itu, manusia yang mempelajari
kebudayaan dari masyarakat, bisa membangun kebudayaan (konstruktif) dan bisa
juga merusaknya (destruktif).
I.II Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari Budaya?
2.
Bagaimana Adat Istiadat atau Budaya Dusun Lendang Bajur?
3.
Bagaiman Aspek Ekonomi Masyarakat Lendang Bajur?
4.
Bagaiman Aspek Sosial Masyarakat Lendang Bajur?
I.III Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian budaya itu sendiri.
2. Untuk mengetahui bagaimana Adat Istiadat atau Budaya masyarakat Lendang
Bajur.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara memenuhi kebutuhan atau perekonomian masyarakat lendang bajur.
4. Untuk mengetahui masih ada rasa solidaritas dan toleransi sesama masyarakat
Lendang Bajur.
5.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
pakaian, bahasa, dan seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian
nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Budaya atau Adat Istiadat Dusun Lendang Bajur
1. Sistem Teknologi
Bangunan
rumah di lingkungan Lendang Bajur,
berjejer dan jaraknya tidak terlalu jauh selayaknya seperti gubuk. Hampir semua
jalannya tidak terlalu bagus,
dan jarang memakai aspal dikarenakan banyak rumah penduduk
dan anak-anak yang bermain. Sebagian besar rumahnya
berdinding tembok yang terbuat dari batu bata, pasir dan semen. Dan atapnya
menggunakan genteng, namun tidak terlalu
banyak rumah yang masih berdinding dengan
pagar dan atap jerami. Di sana juga terdapat pegunungan. Banyak tanam-taman seperti Jot, Mangga, kelapa dll.
2. Sistem Kepercayaan dan Sosial
Sebagian
besar masyarakat Lendang Bajur
menganut agama Islam, mereka juga sering mengadakan
acara-acara keagamaan diantaranya:
a. Maulid Nabi Muhammad SAW
Masyarakat
disana ketika akan merayakan maulid Nabi
saw, seluruh RT dan Ramaja di kumpulkan untuk membuat panitia maulid. Disana
juga membahas uang sumbangan bagi setiap perkeluarga dan bisa juga buah-buahan.
Setelah pembentukan panitia, panitia mengadakan
lomba-lomba yang berkaitan dengan ke Islaman. Lomba diantaranya azan, membaca
sifat 20, Cerdas Cermat, tahfizul qur’an dan lain-lain.
b. Malam Takbiran
Masyarakat
disana merayakan malam tersebut dengan menyalakan lampu-lampu yang terbuat dari
bambu yang diberi sumbu dari kambut dan diisi dengan
minyak tanah.Selain itu, mereka juga mengadakan
takbiran dengan mengumpulkan anak-anak, remaja maupun dewasa untuk, melaksanakan takbiran,
kemudian mereka mengelilingi Desa
Gunungsari sambil membaca takbir dan memukul beduk.
c. Acara Melahirkan
Ketika
wanita hendak melahirkan, maka suaminya segera mencari belian yang merupakan
orang yang mengetahui seluk beluk peristiwa tersebut. Dalam melahirkan anaknya.Sesudah lahir, maka
ari-ari diperlakukan sama seperti
memperlakukan sang bayi, karena menurut mereka ari-ari merupakan saudara bayi.
Oleh sebab itu, ari-ari mendapat perawatan khusus, setelah dibersihkan lalu
dimasukkan ke dalam kemek.
Kemudian ditanam di depan rumah dengan diberi
tanda gundukan.
d. Pemberian Nama Bayi (perak api)
Pemeberian
nama bayi atau biasa disebut dengan pedak
api, hal ini dilakukan setelah
pemotongan tali pusar bayi.
e. Pemotongan Rambut Bayi (ngurisan)
Pemotongan
rambut bayi atau biasa disebut dengan ngurisan, acara ini dilakukan karena
rambut yang tidak bagus dari lahir.
Dalam acara ini, keluarga yang bersangkutan mengadakan selamatan dengan
mengundang orang-orang untuk membacakan srakalan. Biasanya seorang laki-laki
atau ayahnya menggendong bayi tersebut,
dan jalan mengelilingi orang-orang yang sedang membacakan srakalan serta
masing-masing yang hadir memotong sedikit rambut bayi.
f. Berkhitan
Menjelag
dewasa anak laki-laki harus menjalani suatu upacara untuk mengantarkan
kedewasaannya . upacara tersebut adalah bersunat atau berkhitan dan biasa juga
disebut nyunatan, nyunatan ini merupakan hal yang wajib dilakukan oleh pemeluk
agama silam.
g. Menikah (merariq)
Ketika
malam dilarikannya seorang wanita. Setelah beberapa hari, keluarga laki-laki
mengutus dua atau tiga orang untuk kerumah si perempuan untuk memberitahu
sekaligus melakoq (meminta), acara melakoq ini membahas tentang berapa maskawin
dan uang pengatong (pengantar kepada keluarga perempuan). Setelah mandapatkan
kesepakatan, barulah mereka mengadakan akad nikah. Setelah melakukan akad
nikah, dan dilanjutkan dengan nyongkolan, dan para warga ikut serta untuk
meramaikan acara tersebut. Sebelum acara nyongkolan, pada pagi harinya diadakan acara begawe, acara ini dilakukan
dengan mengundang tamu gubuk atau kerabat untuk makan bersama, kurang lebih
seperti acara selamatan. Kemudian pada
sore harinya barulah diadakan acara nyongkolan, acara ini dilakukan dengan
mengunjungi rumah perempuan dengan diiringi oleh laki-laki yang menggunakan
pakaian kebaya serta diiringi dengan music kecimol atau gendang beleq. Tetapi kebanyakan di Desa saya kebudayaan nyongkolan
sudah berkurang karena nyongkolan sudah menyimpang dari ajaran Islam to
sendiri.
Adapun larangan-larangan atau sanksi-sanksi yang ada di desa jempong
kecamatan Ampenan adalah sebagai berikut:
a)
Jika seorang wanita yang keluar sampai jam 22.00 malam maka dia
tidak diterima oleh keluarganya maka wanita tersebut harus menikah.
b)
Kalau ada wanita yang hamil di luar nikah maka wanita tersebut
harus dinikahkan secepat mungkin.
Akan tetapi larangan yang pertama sekarang
sering sekali tidak diperhatikan karena diakibatkan oleh perkembangan zaman.
Padahal banyak yang orang sudah melanggarnya tapi kenapa kepala kampungnya
tidak mengambil tindakan.
Menurut kepala Kadus Lendang Bajur “peraturan
itu sebenernya sudah diterapkan dan kalok ada yang melanggarnya akan diberikan
sanksi atas apa yang dia langgar”. “Sebenernya peraturan itu untuk di taati
bukan dilanggar, tapi kebanyakan pemuda-pemuda sekarang itu ingin melanggarnya
agar dia cepat dinikahi”. Kenapa dia ingin melanggarnya, dikarenakan dia sudah
kebelet untuk nikah dengan orang yang dia sayangi meskipun dia tidak ada uang.
Ujar Opan sebagai Co. Kemasyarakan Lendang Bajur.
h. Kematian
Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah menciptakan sesuatu yang ada didunia ini pasti berpasang-pasangan
begitupun dengan kehidupan pasangannya yaitu kematian. Pengertian
hidup itu bisa kita lihat Hidup ialah pertalian antara roh dan badan serta hubungan interaksi
antara keduanya. Atau hidup adalah suatu sifat yang dengan sifat itu sesuatu
menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan. Jadi, hidup itu merupakan sumber
kenikmatan, sebab dengan adanya hidup maka seseorang dapat merasakan
kenikmatan dan tanpa kehidupan maka tidak seseorang pun dapat menikmati arti
kehidupan di dunia serta merasakan pembalasan baik dan buruk di akhirat nanti.
Sebagaimna
Rasulullah SAW telah bersabda yang bersumber dari Abu Darda’: “sekiranya
tidak karena tiga perkara, tidak ada anak Adam yang menundukkan kepalanya,
yaitu kekafiran, sakit dan kematian. Akan tetapi di samping itu ada pahala”.
Karena
itu, maka manusia tidak boleh menjadikan dunia ini sebagai tanah air dan tempat
tinggal selamanya, tetapi hendaklah ia laksanakan bagai seseorang yang merantau
yang segera bersiap-siap meneruskan perjalanannya.
Sedangkan Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin,
perpisahan antara keduanya, pergantian dari yang satu keadaan kepada keadaan
lain. mati berbeda dengan tidur, karena tidur berupa terputusnya roh sementara
dengan hubungan-hubungan lahiriah. Firman Allah SWT, yang artinya;
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati
di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan
kematiannya dan dia melepaskannya jiwa yang lain sampai waktu yang di tentukan.
Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang berfikir.” (QS az Zumar. 39:42).
Akan tetapi saya disini membahas tentang adat apa saja yang dilakukan
ketika ada seseorang yang meninggal (mati)
Di Dusun
Lendang Bajur Desa Gunungsari jika ada
orang meninggal ada yang di namakan nyiwak disebut dengan nyiwak karena hari
kesembilan meninggalnya. Kemudian ada juga disebut metangdase disebut
metangdase karena hari ke 40 meninggalnya, kemudian ada juga disebut nyatus.
Setelah nyiwak, roah, metangdase, dan nyatus ada juga disebut nyelametan.
Nyelametan ini dilakukan jikalau kelurga dari orang yang meninggal memiliki
biaya jika tidak mempunyai bianya, maka tidak melakukannya.
C.
Aspek Ekonomi
Dari segi perekonomian, saya melihat masyarakat di desa saya sendiri yaitu Lendang Bajur yang berhubungan dengan, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa.
Di desa saya ini, sebagian
besar bermata pencahariaan sebagai pedagang, pembuatan poteng dan buruh .
Menurut ibu Zubaidah “ jeri pedagang wah te susah wah te seneng” wah ne
maik wah ne nyakit. Penghasilan perhari yang di peroleh ibu Zubaidah sekitar Rp.
250.000,- paling banyak dan paling sedikit sekitar Rp. 100.000,-. Wah ne luek dengan belanje wah ne sekedik,
kance girang dek rak dengan belanje” ujar pak Udi pemilik warung. Penghasilan
yang diperoleh perharinya Rp. 500.000,- dan kadang-kadang bisa mencapai kurang
dari jumlah tersebut.
Menjadi buruh memerlukan tenaga yang banyak dan fisik yang kuat. Menurut
pak Rudi “ lamun te jari buruh no paling gampang ato molah, sengak arak sekek
perluang ne kuat doang”. “jeri buroh no sekedik meukne kepeng, padahal jari
buroh ni pegaweang sik mulie” ujar pak Itek.
Jadi dari data di atas bahwa jadi seorang pedagang maupun buruh itu ada
sedih dan ada bahagianya, ada sakit dan ada pula senengnya. Pilihlah pekerjaan
yang halal meskipun sedikit asalkan dengan keringat kita sendiri, dari pada
banyak pengahasilan hanya bisa menyengsarakan orang.
D. Aspek Sosial
Dalam aspek sosial, proses-proses social dan
perubahan-perubahan social yang terjadi di masyarakat, seperti yang kita
ketahui bahwa dalam pelajaran sosiologi memiliki tujuan untuk mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,
memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai dan kemanusiaan serta memiliki
kemampuan berkomunikasi, dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk. Terkait dalam hal ini, dari hasil observasi
yang telah saya lakukan bahwa sikap kerjasama sudah berkurang yang diterapkan baik itu dalam hal gotong royong, begawe dan lain-lain. Dikarenakan bahwa jarang
sekali namanya tegur asapa antar individu dengan individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Aspek perekonomian atau
ekonomi masyarakat lingkungan Lendang Bajur Desa Gunungsari kecamatan Gunungsari
ini bermata pencaharian Buruh, dan bermata pencaharian sebagai pedagang, akan
tetapi diantara ke dua mata pencaharian diatas yang hasilnya paling banyak
adalah bermata pencaharian sebagai pedagang. Kemudian dalam aspek sosial sifat
kerja sama dalam gotong royong lum bisa diterapkan di dusun Lendang Bajur ini
baik dalam hal kerja bakti, atau yang lainnya. Sedangkan dalam Aspek Budaya
atau adat istiadat ini masyarakat lingkungan Lendang Bajur ini dalam adat
perkawinan tidak terlalu diperhatikan karena disebabkan oleh perkembangan zaman
dan dalam adat kematian atau orang meninggal masyarakat di desa ini masih tetap
menggunakan adat seperti biasanya.
Daftar Pustaka
Notowidagdo Rohiman, 2000. Ilmu
Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar