Kamis, 12 Juni 2014

HAKIKAT GURU DAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH



BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan semakin maju. Lembaga pendidikan banyak didirikan dengan harapan mampu mencetak peserta didik yang berkompetensi dan mampu bersaing dengan dunia luar. Semakin banyak lembaga pendidikan semakin banyak pula pendidik dan peserta didik yang dicetak. Namun, sebagian besar seperti kenyataan yang kita lihat sekarang ini, banyak para pendidik yang tidak mengetahui apa hakikat dari diri pendidik sehingga tugas atau kewajiban dari  pendidik sendiri menjadi terabaikan tanpa memikirkan akibat akan hal itu.
Selain hal itu, dengan adanya sikap pendidik atau guru yang acuh tak acuh yang disebabkan karena kurangnya pemahaman atau kesadaran sendiri akan tugas atau peran sebagai seorang pendidik. Akhirnya,  peserta didik pun mengabaikan tugas atau kewajiban yang seharusnya dilakukan ya dan kita sebagai calon guru atau sebagai peserta didik sangat perlu untuk mengetahui apa dan bagaimana tugas serta kewajiban yang seharusnya kita lakukan. Supaya tidak asal-asalan atau dapat dikatakan melangkah tanpa tujuan yang jelas.
Oleh sebab itu, kami mencoba memaparkan akan hal yang penting tersebut demi kemajuan para pendidik dan generasi bangsa agar mampu mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya Didasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
2.        Rumusan Masalah
1.         Bagaimana hakikat guru dalam pembelajaran?
2.         Bagaimana hakikat peserta didik dalam pembelajaran?
3.        Tujuan pembahasan
1.         Mendeskripsikan hakikat guru dalam pembelajaran
2.         Mendeskripsikan hakikat peserta didik dalam pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT GURU DAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
1.    HAKIKAT GURU
Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam balajar, maka salah satu upaya yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia, maka guru perlu ditingkatkan mutunya. Bagaimanapun baiknya kurikulum, manajemen, dan sarana prasarana, jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualits guru maka pendidikan tersebut tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan.
Peningkatan mutu guru adalah unsur yang sangat penting bagi pembaruan dunia pendidikan. Peningkatan mutu guru harus terfokus pada dua hal yaitu:
a.    Peningkatan martabat guru, secara sosial budaya dan ekonomi
Ada banyak cara untuk memberdayakan guru pada zaman modern seperti sekarang ini. Misalnya, gaji ditingkatkan dan kesejahteraan diberikan berlipat-lipat ketimbang sebelumnya. Dengan adanya peningkatan gaji dan kesejahteraan akan menolong para guru. Memang, meningkatkan martabat guru bukanlah pekerjaan yang sederhana, tetapi dengan usaha yang serius harapan tersebut akan tercapai. Tidak mungkin pendidikan di suatu negara menjadi baik tanpa guru-guru yang berkualitas dan tidak mungkin suatu negara menjadi maju tanpa pendidikan yang berkualitas.
b.      Peningkatan profesionalisme guru, melalui program yang terintegrasi, holistik, sesuai dengan pemetaan mutu guru yang jelas, dan penguasaan guru terhadap tekhnologi informasi dan metode mutakhir. Dengan menempatkan guru sebagai tenaga profesi iharapkan akan terjadi peningkatan kualitas guru yang berimpikasi secara langsung kepada perbaikan kualitas pembelajaran.[1]
A.       FUNGSI DAN PERANAN GURU
a.    Fungsi guru
Menurut Ki Hajar Dewantara pentingnya guru dalam proses pembalajaran dengan ungkapan sebagai berikut:
a)     Ing ngarsa sung tulada yaitu didepan memberi teladan.
Menekankan pentingnya teladan yang merupakan cara yang paling ampuh dalm mengubah perilaku inovasi siswa.
b)   Ing madya mangun karsa yaitu di tengah menciptakan peluang untuk berkarya. Asas ini memperkuat penanan dan fungsi guru sebagai mitra setara (di tengah), serta sebagai fasilitator (menciptakan peluang).
c)    Tut wuri handayani yaitu dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi guru.[2]

b.   Peranan guru
1.    Guru sebagai Pendidik dan Pengajar
Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawabyang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan. Sehubungan dengan perannya sebagai pendidik dan pengajar, guru harus menguasai ilmu, antara lain  mempunyai pengetahuan luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan praktik mendidik, metode pembelajaran dan sebagainya. Pelaksanaan peran ini menuntut keterampilan terentu, yakni;
a)      Terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran
b)      Terampil menyusun suatu pelajaran
c)      Terampil menyampaikan ilmu kepada murid
d)     Terampil menggairahkan semangat belajar murid
e)      Terampil memilih dan menggunakan alat peraga pendidikan
f)       Terampil melakukan penilaian hasil belajar murid
g)      Terampil menggunakan bahasa yang baik dan benar
h)      Terampil mengatur disiplin kelas, dan berbagai keterampilan lainnya.

2.    Guru Sebagai Anggota Masyarakat
Guru harus bersikap terbuka, tidak otoriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapa pun, suka menolong, serta simpati dan empati terhadap pimpinan dan sebagainya.
3.      Guru sebagai pemimpin
Peranan kepemimpinan akan berhasil apabila guru memiliki kepribadian seperti kondisi fisik yang sehat, percaya pada diri sendiri, memiliki daya kerja yang besar dan antusiasme, gemar dan dapat cepat mengambil keputusan, bersikap obyektif dan mampu menguasai emosi, serta bertindak adil.
4.      Guru sebagai pelaksana administrasi ringan
Peranan ini memerlukan syarat-syarat kepribadian seperti jujur, teliti dalam bekerja, rajin, harus menguasai ilmu mengenai tata buku ringan, penyimpanan arsip dan ekspedisi dan administrasi pendidikan. [3]
Untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil (efektif), seorang guru harus melaksanakan beberapa peran yaitu;
a)      Guru sebagai model
Peserta didik membutuhkan guru sebagai model yang dapat di contoh dan dijadikan teladan. Karena itu guru, guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian. Dalam menjalankan peranan ini, guru harus senantiasa berusaha memberikan bimbingan, menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan menggairahkan anak untuk belajar, menyediakan kesempatan dimana anak terlibat dalam perencanaan bersama dengan guru, dan memungkinkan secara kreatif.
b)      Guru sebagai perencana
Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana yang operasional. Dalam perencanaan ini siswa perlu dilibatkan, sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka.
c)      Guru sebagai pendiagnosa kemajuan belajar siswa
Peranan ini erat kaitannya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Penilaian memiliki arti yang penting bagi siswa, orang tua, dan bagi guru sendiri. Bagi siswa agar siswa mengetahui seberapa jauh merela telah berhasil dalam studi. Bagi orang tua, agar mengetahui kemajuan belajar anaknya. Bagi guru, pentingnya untuk menilai dirinya sendiri dan keefektifan pembelajaran yang telah diberikannya.
d)     Guru sebagai pemimpin
Guru adalah pemimpin dalam kelas, sekaligus sebagai anggota kelompok dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya managerial yang harus dilakukan oleh guru seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga  kelas serta menyusun laporan bagi pihak yan memerlukannya.
e)      Guru sebagai petunjuk jalan sebagai sumber-sumber
Guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang luas. Lingkungan sumber itu perlu ditunjukkan, kendatipun pada hakikatnya anak sendiri yang berusaha menemukannya. Tentu saja sumber-sumber yang ditunjkkan itu adalah sumber-sumber yang cocok untuk membantu proses belajar mereka. [4]
B.     CIRI-CIRI GURU YANG BAIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap
berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya dapat berkembang dengan maksimal. Agar hal terse but dapat terwujud guru seharusnya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara memebelajarkan siswa. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai propesional.
Menurut Combs ciri-ciri guru yang baik adalah:
a.         Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah  mereka sendiri dengan baik
b.         Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah dan bersahabat dan bersifat ingin berkembang
c.         Guru yang cendrung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya dihargai.
d.        Guru yang melihat orang-orang dan perilaku mereka pada dasarnya berkembang dari dalam, jadi bukan merupakan produk dari perisriwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan yang digerakkan.
e.         Guru yang melihat orang lain dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya bukan menghalangi, apalagi mengancam.
Menurut Saroj Buasri berpandangan bahwa guru-guru yang baik hendaknya memiliitiga kualitas dasar:
1.      Guru yang baik harus membelajarkan dengan baik.
Pembelajaran yang berasal dari pengetahuan tentang tekhnik-tekhnik pembelajaran yang sifatnya ilmiah. Adanya komitmen untuk mempersiapkan bahan-bahan belajar dan pengakuan atas perlunya memadukan moralitas dengan pembelajaran.
2.      Guru yang baik harus terus belajar dan melakukan penelitian untuk pengembangan dan pengetahuannya.
3.      Guru-guru yang baik harus membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, untuk membantu orang atau masyarakat yang memerlukan. [5]

2.    HAKIKAT PESERTA DIDIK 
Menurut undang-undang RI tentang system pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Atau peserta didik adalah mereka yang sedang mengikuti program pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang pendidikan tertentu.[6] 
Murid adalah salah suatu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya, murid adalah penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah murid yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memnuhi kebutuhan yang ada pada murid. [7]
a.         Hakikat peserta didik sebagai manusia
Sebelum mempelajari tentang hakikat peserta didik  dalam kaitannya sebagai siswa
atau subjek belajar sebaiknya melihat peserta didik tersebut sebagai manusia, dengan
kata lain dijelaskan dulu mengenai hakikat manusia. Dalam hal ini ada beberapa
pandangan mengenai hakikat manusia.
1.         Pandangan psikoanalitik
Menurut aliran ini manusia pada hakikatnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat istingtif.Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang sejak semula sudah ada pada setiap individu.
2.         Pandangan humanistic
Aliran ini berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan  yang positif.Manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri, oleh karena itu manusia selalu berkembang dan berubah untuk menjadi pribadi yang lebih maju dan sempurna. Manusia adalah individu dan menjadi anggota masyarakakat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
3.         Pandangan behavioristic
Aliran ini berpendapat bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif  yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor  yang datang dari luar. Factor lingkungan inilah yang merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian, kepribadian idividu dapat dikembalikan kepada linkungan kepada hubungan antara individu dengan likngkungannya. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti adanya teori conditioning ( pembiasaan) dan peniruan.
b.        Peserta didik dalam subyek belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagi pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.
Siswa atau peserta didik akan menjadai faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat memengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Jadi, dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah siswa atau peserta didik, bagaimana kemampuan dan keadaanya, baru setalah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa atau peserta didik adalah subjek belajar. 
c.         Kebutuhan siswa atau peserta didik
Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain:
1.      Kebutuhan jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, baik yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olahraga menjadi materi utama. Di samping itu kebutuhan lainnya seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, yang perlu mendapat perhatian.
2.      Kebutuhan sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling berinteraksi sesama siswa dan guru dan orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memnuhi kebutuhan sosial peserta didik. Guru dalam hal ini, harus dapat menciptakan suasana kerjasama antar siswa dengan suatu harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik. Guru harus dapat membangkitkan semangat kerjasama, sehingga dapat dikembangkan sebagai metode untuk mengajarkan sesuatu misalnya metode belajar kelompok.
3.      Kebutuhan intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, yang terpeting adalah bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat menyalurkan minat masing-masing. [8]


BAB III
PENUTUP
1.    KESIMPULAN
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka yang dilkukan pertama kali adalah meningkatkan mutu guru itu sendiri, sebab Tidak mungkin pendidikan di suatu negara menjadi baik tanpa guru-guru yang berkualitas dan tidak mungkin suatu negara menjadi maju tanpa pendidikan yang berkualitas. Dalam hal ini peserta didik sangat berperan dalam pembelajaran, sebab peserta didik adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya, murid adalah penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah murid yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memnuhi kebutuhan yang ada pada murid.
Hakikat peserta didik  dalam kaitannya sebagai siswa atau subjek belajar sebaiknya melihat peserta didik tersebut sebagai manusia, dengan kata lain dijelaskan dulu mengenai hakikat manusia. Dalam hal ini ada beberapa pandangan mengenai hakikat manusia yaitu: Pandangan psikoanalitik, Pandangan humanistic dan pandangan behavioristik.

2.    SARAN
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk melengkapi makalah kami.


DAFTAR PUSTAKA
Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok:Holistica,2013)
Oear Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Bandung:PT. Bumi Aksara, 2009)
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (jakarta, PT. Bumi Aksara:2011)
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung, Bumi Akasara:2001)
Sardiman, Interkasi dan Motivasi belajar Mengajar (jakarata, PT. Rarja Grafindo Persada: 2011)







[1] Sobry sutikno, belajar dan pembelajaran,(Lombok:Holistica,2013), hlm.42-44
[2] Ibid.,hlm.42
[3] Oear hamalik, pendidikan guru berdasarkan pendekatan kompetensi, (Bandung:PT. Bumi Aksara, 2009). Hlm.42-44.
[4] Ibid., hlm. 52-54
[5] Sobry Sutikno, belajar dan pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013). Hlm. 50-52
[6]Ali imron, Manajemen peserta didik berbasis sekolah (jakarta, PT. Bumi Aksara:2011) hlm.  5-6
[7] Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar(Bandung, Bumi Akasara:2001) hlm. 99-100
[8] Sardiman, Interkasi dan Motivasi belajar Mengajar(jakarata, PT. Rarja Grafindo Persada: 2011) hlm. 105-114.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar